Dikisahkan di pinggir hutan sebuah teluk, beristirahatlah sekelompok lanun (pendatang). Pada suatu malam mereka dikejutkan oleh kobaran api yang membumbung tinggi. Karena panik, mereka berteriak “gual…gual…gual”. Gual yang mereka dimaksud adalah kobaran api yang beşar dengan asap yang menggumpal. Karena riwayat cerita inilah orang menyebut daerah ini dengan sebutan “Suak Gual”. Şuak sendiri berarti Teluk dan Gual berarti api yang menggual atau membumbung tinggi. Dengan demikian, Şuak Gual berarti tempat yang berada di teluk.

Suak Gual adalah salah satu desa di wilayah kecamatan Selat Nasik, kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Indonesia. Desa yang merupakan daerah pesisir ini terletak di pulau kecil bernama Pulau Mendanau.

Masyarakat yang identik dengan sikap ramah dan murah senyum ini menggunakan bahasa “Melayu Belitong” sebagai dasar dari Bahasa Gual untuk berkomunikasi. Bahasa Melayu Belitong adalah bahasa melayu yang digunakan khusus di seluruh wilayah Kabupaten Belitung dan Belitung Timur. Perbedaan mendasar antara Bahasa Gual dengan Bahasa Melayu Belitong terletak pada aksen dan penekanan saat pembicaraan. Kamus Bahasa Suak Gual dapat diakses disini.