Salah satu tradisi yang sangat menarik dan kaya akan nilai budaya di Desa Suak Gual, Belitung, adalah adat makan bedulang. Adat ini biasanya dilaksanakan pada acara-acara besar seperti pernikahan, khitanan, syukuran, dan pengajian. Makan bedulang menjadi simbol kebersamaan dan rasa syukur masyarakat Desa Suak Gual.
Makan bedulang dilakukan dengan menempatkan makanan untuk empat orang di atas sebuah nampan besar. Nampan ini kemudian diletakkan di tengah-tengah dan dimakan bersama-sama oleh empat orang tersebut. Tradisi ini berbeda dengan budaya makan prasmanan yang lebih umum dijumpai di daerah lain.
Dalam makan bedulang, kebersamaan dan penghargaan terhadap tuan rumah menjadi hal yang sangat diutamakan. Melalui cara ini, harapannya tuan rumah dapat merasa termudahkan dalam menyiapkan porsi makanan untuk para tamu.
Makanan yang disajikan dalam adat makan bedulang juga memiliki keunikan tersendiri. Biasanya, nasi dengan lauk gangan menjadi menu utama. Gangan adalah hidangan khas Belitung yang terbuat dari ikan atau ayam yang dimasak dengan kuah kuning yang gurih dan kaya rempah. Selain gangan, ikan bakar atau masakan ayam yang menggugah selera juga ikut disajikan. Untuk menambah kenikmatan, sambal belimbing atau sambal nanas selalu hadir sebagai pelengkap yang memberikan rasa pedas dan segar.
Tradisi makan bedulang tidak hanya menjadi ajang untuk menikmati kuliner lezat, tetapi juga menjadi media untuk mempererat tali silaturahmi antar warga dan tamu. Sambil menikmati hidangan, obrolan hangat dan canda tawa pun sering terdengar, menambah keakraban di antara para peserta. Tradisi ini telah dijalankan sejak dulu dan tetap dijaga kelestariannya oleh masyarakat Desa Suak Gual hingga kini.
Share this post: on Twitter on Facebook on Google+